NOVEL "BREAKERS" : CHAPTER SIX

Sabtu, 18 Januari 2014

Tak kusangka
Jean yang berkepribadian baik dan sopan itu,
ternyata harus memikul beban yang berat sebagai keturunan raja bangsa ini.
Ambisi seperti apakah yang ada pada dirimu Jean?

Chapter 6 : Special Friends
 
Upacara peringatan tahun ini sungguh berbeda dan sangat mengesankan. Kehadiran Jean melecut dan memacu semangat kami yang berperan sebagai penerus bangsa ini. Kami serasa menjadi tumpuan masa depan kerajaan Britain yang mengharapkan agar kami berguna untuk bangsa dan mengabdi secara setia. Upacara hari ini ditutup dengan menyanyikan lagu kebangsaan negara kami, Hail Britain. bibir semua orang yang mengikuti upacara ini bergerak untuk menyanyikan lagu dengan penuh rasa setia dan keagungan. Sungguh suatu negara yang agung.

Begitu upacara selesai, Mr.Robson beserta Jean dan pengajar lainnya turun dari panggung upacara yang besar itu menuju ke kantor guru. Sepertinya mereka akan mengadakan perjamuan minum teh sehingga kami para siswa memiliki waktu luang selama setengah jam. Setelah mereka semua turun dari panggung, kami para pemimpin barisan yang lain membubarkan barisan setelah membeli hormat terlebih dahulu kepada bendera Britain.
Para siswa langsung berhamburan membubarkan barisannya seperti gerombolan semut yang melarikan diri dari semprotan pembasmi serangga. Kulihat Ren Misumi, seorang pengguna break pembaca pikiran tampak kebingungan diantara gerombolan siswa. Ia pasti kebingungan hendak pergi kemana, karena ia sekarang adalah siswa baru sekolahku. Aku ingin mengajaknya mengobrol sebentar dan mengantarnya ke kantor guru, tapi ku urungkan niatku. Aku tak mau ia besar kepala bahwa aku berusaha mendekatinya atau bahkan mengejar-ngejar dia. Lagipula ia seorang pembaca pikiran, pasti ia bisa membaca pikiran ratusan siswa disini untuk bertanya dimana letak kantor guru, jika ia tak berani bicara secara langsung terhadap siswa disini.
Share

NOVEL "BREAKERS" : CHAPTER FIVE

Rabu, 01 Januari 2014

Saat aku berusaha mengingat-ingatnya, ternyata aku pernah melihatnya di layar televisi.
jika tak salah ia adalah Pangeran Jean Pierre Harrison,
putra dari raja Britain ini...
yang selalu mengalahkan lawan bicaranya dalam sidang parlemen negara.
Ia mendapat julukan Manusia Nobel Perdamaian,
Si Juru Diplomatik!

Chapter 5 : The Ceremonial

Pangeran muda ini berpakaian begitu formal dalam menghadiri upacara untuk mengenang jasa pamannya. Ia mengenakan kemeja dan celana bahan panjang warna putih, dihiasi dengan bros lambang kehormatan kerajaan Britain yang terpasang rapi di kemejanya ini. Bila kuhitung, terdapat 10 bros lambang dari kerajaan dipakainya. Mengingat ia sudah berjasa bagi kerajaan Britain dalam hal diplomatik dengan negara-negara lain. Hal itulah yang membuatku kagum, diusianya yang sangat masih muda atau mungkin seumuranku, ia sudah berjasa besar bagi negara yang menganut sistem monarki ini. Seandainya aku menjadi dia, berambisi untuk mencapai kehidupan yang mewah pun tak ada gunanya lagi. Karena semua yang diinginkannya pasti sudah dimiliki.

Teriakan Shierly memecahkan lamunanku tentang si pangeran muda, ia memanggilku untuk menghampirinya di tenda panitia.
“Kemana saja kau Rowan? Seharusnya kau sudah disini sejak pukul tujuh tadi untuk latihan terakhir. Dan sekarang kau datang jam berapa, Rowan?” kata shierly sambil menunjukkan jam tangan pink nya kehadapanku.
Kulihat pipinya menggembung seperti cemberut. Namun itu sudah biasa. Meskipun ia marah , kemarahannya hanya sesaat karena aku tahu sifat Shierly sejak kecil. Hanya dengan minta maaf sambil tersenyum bodoh pasti aku dimaafkannya. Itu adalah jurus jitu untuk menghadapi Shierly yang sedang marah.
Share