Aku hanya bisa terdiam didalam
keributan kecil ini.
Aku tak berani ikut campur dalam mengatasi
permasalahan sepele yang akhirnya menjadi besar seperti ini.
Apakah yang harus kulakukan?
Apakah aku akan berhasil menjadi anggota ARMS
dengan mengalahkan peserta-peserta seperti mereka?
Chapter 9 : Piece of Truth
Suasana
di basemen ini masih begitu tegang setelah kejadian pemukulan yang dilakukan
Laundrup terhadap Singh. Tak ada seorangpun dari kami yang berani mengeluarkan
suara maupun mengucapkan sepatah kata di ruangan ini. Dingin udara di basemen
ini menyeruak ke seluruh tubuhku, membuatku mematung seperti boneka salju.
Suara langkah berat dan keras yang menghantam lantai tampak memecahkan kebekuan
di ruangan ini.
Kini
mataku tertuju pada asal deru suara langkah yang menarik perhatian indera
pendengaranku itu. Seorang pria bertubuh besar tegap, berkulit putih khas eropa
dan rambut putih tipisnya yang disisir rapi menyibak ke belakang. Kedua bola
matanya yang bewarna kebiruan itu tampak terbelalak ke arah kami. “Wah,wah.
Pelatihan ini belum dimulai, tapi kenapa kalian sudah menumpahkan darah disini?
Sepertinya kalian terlalu bersemangat.”
Tatapan
mata itu kini terpusat pada Laundrup, aktor dalam peristiwa tadi. Mata Laundrup
juga membalas tatapan mata pria itu dengan tajam. Seolah-olah mereka sedang
berkomunikasi melalui mata mereka.