Kekuatan
apakah yang ada didalam diriku?
Apakah
kekuatan yang dapat menghancurkan monster dengan sinar laser?
Atau
kekuatan super yang dapat mengangkat pesawat dan melemparnya ke
negara lain?
Semoga
kekuatan yang ada didalam pintu itu cukup keren
dan
bisa kugunakan untuk menghasilkan uang.
CHAPTER TWO : The Other's in My Soul
Jantungku semakin berdegup kencang, ketika mendekati
pintu tersegel itu. Tiap inchi aku mendekat, jantungku semakin
berdetak kencang. Hanya suara detak jantungku yang terdengar
diruangan ini. Kupejamkan mataku perlahan, kusentuh daun pintu yang
terbelit oleh rantai besi itu. Sensasi panas terhantarkan keujung
jariku saat kugenggam rantai besi itu. Tetapi lama – kelamaan panas
rantai itu menjalar hingga keseluruh tubuhku. Mungkin rasanya seperti
terbakar ditempat pembuatan besi baja dipabrik-pabrik yang sering
kulihat di televisi. Karena tubuhku sudah merasa tak kuat dengan
panas yang tak normal itu, rantai yang terbelit pada daun pintu itu
kucabut paksa dan terbukalah pintu itu sedikit. “yes, akhirnya
terbuka juga” gumamku dengan tawa kecil penuh kemenangan seperti
memenangkan lomba tarik tambang. Dengan tanpa ragu kubuka pintu hitam
itu dan kumasuki dengan sedikit berlari. Tetapi , saat aku masuk ke
ruangan didalam pintu itu, diriku serasa pindah kesebuah ruangan
lain, atau mungkin dimensi lain. Dimana, optik sensor di mataku hanya
terlihat warna hitam gelap yang sangat pekat sekali. Apakah ini masih
didalam jiwaku? Sungguh mengerikan bagiku apabila ruangan gelap ini
benar-benar didalam jiwaku. Tiba-tiba kudengar suara orang tertawa,
tertawa pelan namun terdengar angkuh. Tiba-tiba ruangan ini berubah
lagi.
Kini aku berada disebuah taman kota yang sangat bersih
dan indah. Dikelilingi bunga- bunga eidelweis yang terlihat masih
segar, sedangkan ditengah taman ini terdapat kolam air mancur yang
dikelilingi bunga tulip Belanda yang terlihat berjejer sesuai
warnanya. Dedaunan pohon yang yang masih hijau alami membuat sejuk
udara disekitar taman itu. Bila dipandang darijauh, bangunan di taman
kota ini terlihat berbeda. Gedung-gedung besar seperti bangunan kuno
yang ada di Kota Merseyide. Yang di London pun mungkin sudah tak akan
bisa ditemui lagi bangunan kuno yang artistik seperti ini. Tapi,
dimanakah aku sekarang ini? Taman kota ini begitu indah, namun
anehnya, tak ada satupun manusia atau bahkan binatang yang ada
ditaman ini. Ketika aku berjalan sedikit untuk mengitari taman itu,
tiba-tiba ada suara yang tak kukenal. “Hei bocah, apakah yang kau
lakukan disini?hmm.. bolehkah aku menebak?pasti kau membutuhkan
kekuatan itu kan? Hahaha.. manusia memang serakah ya.. namun kurasa
ambisimu belum bisa untuk mencapai batas itu. Apakah aku benar,
ROWAN..??” kata seseorang itu yang berbicara sangat cepat sehingga
aku tak mengerti satupun perkataannya. Namun hanya satu yang
terdengar jelas, dia menyebut namaku. Kenapa dia bisa tahu namaku?
Apakah dia seorang pembaca pikiran seperti gadis di bus tadi? Sungguh
menyebalkan. “darimana kau tau namaku? Dan yang lebih penting
tunjukan dirimu!” tanyaku sambil melihat sekeliling untuk mencari
sumber suara itu. “Hei..hei.. aku disini! Diatasmu,Rowan!
Mengetahui namamu? Tentu saja aku tahu! Kita kan sudah hampir 17
tahun bersama! Bisa dibilang aku adikmu..hahaha..oh,apakah aku
kakakmu? Mengingat aku lebih tampan dan lebih tua
darimu,Rowan.hahaha” kata orang yang berbicara cepat itu.
Ketika kulihat keatas, betapa kagetnya diriku. Membuatku
tertegun dan terkagum sejenak. Melihat sosok mahluk yang hampir
mendekati bentuk yang sempurna,dan indah. Sesosok mahluk yang
bersayap putih, namun bagian ujung tiap sayapnya berwarna biru tua.
Rambut dan alisnya putih, rambutnya lurus panjang sehingga menabrak
sela-sela sayap lebarnya itu. Ras apakah mahluk ini? Asia? Eropa?
Amerika? Atau afrika? Tapi kulit orang ini bewarna putih pucat dan
tanpa noda. Mungkin bila dia berada disekolahku, para gadis akan
jatuh hati melihatnya. Sosoknya yang angkuh dan penuh wibawa membuat
kelebihan tersendiri baginya. Mahluk itu duduk dengan santainya
diatas batang pohon yang cukup besar untuk menyangga tubuhnya yang
cukup kekar itu. Mata birunya menatapku seolah bersahabat, tapi
terasa ada maksud tersembunyi didalam mata indahnya itu. Seandainya
aku memiliki kemampuan membaca pikiran seperti gadis di bus itu, aku
ingin membaca pikirannya. Aku takut dia mahluk abnormal yang menyukai
sesama jenis. “mahluk apakah kau? Sudah 17 tahun bersama katamu?
Apa maksudmu? Kuyakin kau bukan manusia! “ tanyaku seolah
menghakimi mahluk itu. “ya.. 17 tahun bersama. Aku tahu makanan
kesukaanmu loh. Sandwich dengan telur mata sapi setengah matang
kan?dilumuri dengan mayonaise dan selada segar yang sering kau beli
diminimarket dekat rumahmu yang bertingkat tinggi itu!!selain itu aku
juga tahu semua rahasiamu. Dari yang menyedihkan sampai yang
memalukan sekali! Maukah kau dengar ceritaku tentang rahasiamu?agar
kau..” saat mahluk itu semakin berbicara panjang lebar, kupotong
pembicaraannya dengan sedikit emosi. “Cukup! Aku sudah muak dengan
omongkosongmu! Langsung saja, siapa kau dan bagaimana caranya aku
memiliki kekuatan itu?''. “oh... omong kosong yah? Oke.. maafkan
aku. Mungkin aku terlalu bersemangat untuk berbicara dengan mahluk
lain selama hampir 17 tahun ini. Jadi maklumi saja jika aku bertindak
sangat gembira seperti ini.” kata mahluk itu dengan menundukan
setengah badan dan tangan kanannya seperti memberikan salam. Mungkin
salam bagi sesama mahluk sepertinya. ”izinkan aku memperkenalkan
diriku ini. Namaku Tulo. Aku bukan malaikat dan bukan setan. Aku
adalah suku Nirvith yang ribuan tahun lalu telah punah. Tapi,
tiba-tiba saja aku bangkit kembali pada hampir tujuhbelas tahun yang
lalu dan aku merasa seperti ada yang mengangkatku dari tanah kematian
dan masuk kedalam tubuh seorang bayi. Dan itu kau, Rowan Thomskin.
Dan tentang kekuatan itu, itu kekuatan yang berbahaya. Kekuatan suku
Nirvith tak akan kuberikan kepada orang yang berambisi lemah
sepertimu” kata mahluk itu yang ternyata bernama Tulo. Katanya yang
sopan namun pada akhir kalimatnya ia merendahkanku, sebagai seorang
yang berambisi lemah. Tapi harus kusadari. Aku hidup didunia hanya
ini sebagai manusia biasa yang hanya mengikuti arus kehidupan yang
biasa-biasa saja. Setelah lulus dari sekolah nanti, pasti aku akan
melanjutkan dunia perkuliahan dan setelah sarjana aku akan bekerja.
Bekerja sebagai pegawai kantoran disebuah perusahaan. Dan setelah
bekerja kuingin menikah dengan seorang wanita dan memiliki anak.
Mungkin cukup 2 anak saja. Kehidupan biasa itu sudah terlintas
dibenakku sejak dulu. Tak ada ambisi yang besar. Ambisi menjadi yang
terbaik dikelas, padahal sebenarnya aku bisa. Namun aku hanya tak
ingin terlihat mencolok., sehingga aku harus merelakan gelar siswa
terpintar di kelas diambil oleh siswa lain.
Kuterdiam sejenak.
Kulihat sekeliling taman kota ini, sepi. Sepi seperti diriku yang tak
berhasrat. Mungkin taman kota yang sepi ini merupakan wujud dari
jiwaku, yang hanya ingin tertata indah namun tidak ada siapa-siapa
yang menikmati keindahan ini. Seandainya aku bisa menunjukan
keindahan ini kepada orang lain, pasti akan jadi lebih bewarna, dan
hidup semua orang akan tentram. “hmm.. Tuan Tulo, mungkin aku
memang memiliki ambisi yang lemah. Tapi saat ini kau telah
menyadarkanku sesuatu.” kataku dengan agak merendah, tapi
sebenarnya aku ingin berterimakasih. “wow Rowan.. apakah aku
sehebat itu? Mungkin aku bisa jadi motivator seperti pembicara ulung
di televisi itu. Aku menyadarkan apa terhadapmu?” tanya Tulo dengan
kebingungan. “Ambisi muncul karena kita memiliki keinginan. Tapi
karena keinginanku mudah dan yakin bisa dicapai, aku melupakan apa
yang dinamakan ambisi itu. Oleh karena itu, aku bertekad mewujudkan
ambisiku yaitu menunjukan keindahan didalam diriku ini kepada dunia!
Aku tahu, taman kota ini merupakan wujud dari pemikiranku yang hampa.
Sebuah harta karun yang dibiarkan terpendam lama-lama membusuk dan
hancur dikikis oleh tanah. Maka, aku harus menggali harta karun itu
dan menunjukan keindahannya pada semua orang di dunia ini! Untuk
mewujudkan ambisi itu, aku tidak ingin main-main. Aku membutuhkan
sesuatu yang harus kumiliki. Yaitu kekuatan! Kekuatan yang ada
didalam diriku” jawabku dengan penuh keyakinan. Saat ini aku
sungguh percaya diri terhadap jalanku.
Tulo terdiam untuk beberapa saat, mungkin ia memikirkan
perkataanku barusan, apakah aku bisa dipercaya olehnya. Aku hanya
terdiam menanti jawabannya. Lagipula dia yang memutuskan akan
memberikan aku kekuatan itu atau tidak. Aku tak akan berbohong
mengatakan bahwa aku memiliki ambisi yang kuat untuk meluluhkan
hatinya, karena aku yakin dia tahu siapa aku. Dia tahu segalanya
tentangku dari kecil hingga sekarang. Saat ini aku hanya bisa bicara
sejujur-jujurnya. Tulo terlihat menemukan jawabannya, setelah
mengibas-ibaskan kedua sayapnya beberapa kali.”Rowan.. kata-katamu
sungguh sempurna. Tanpa celah sedikitpun. Aku yakin kau tak berbohong
karena kau tak akan bisa membohongiku. Hahaha. Aku ingin bertanya,
apa tujuanmu memiliki kekuatan ini?” tanya Tulo.
Kali ini kedua matanya menatapku dengan tajam.
Seolah-seolah mencari kebenaran yang ada dihatiku. “aku tahu kau
tak akan memberikan kekuatan itu kepada orang jahat. Namun, aku
memerlukan kekuatan itu untuk menolong orang lain! Dan aku menjadi
harapan orang lain untuk melindungi dunia ini.” jawabku dengan
sangat yakin. Tulo tiba-tiba berdiri, dan mengepakan sayapnya
kembali, dan dia mulai lompat dari batang pohon itu dan terbang
diatasku. Mungkin sekitar 3meter diatas kepalaku. “Rowan, ambisimu
mulai terlihat naik. Ambisimu murni, bukan ambisi kotor. Aku bisa
merasakan kehangatan dari dalam dirimu. Mungkin sudah saatnya kau
memiliki kekuatan ini. Tapi sejujurnya, kau bisa memiliki ini dengan
sendirinya saat kau memiliki ambisi yang besar saat dewasa nanti.
Apakah kau mau menunggu nanti?” tanya Tulo. Pertanyaan Tulo
seolah-olah ia tak ingin melepaskan kekuatan ini sekarang. Mungkin
ini yang dimaksud gadis di bus itu, bahwa aku harus mengambil
kekuatanku dengan paksa. “aku tahu Tulo, mungkin aku memaksamu
untuk mengambil kekuatan itu. Tapi keselamatan orang lain ada padaku.
Aku ingin menolong mereka!” jawabku sambil sedikit membentak.
Semoga saja Tulo tidak tersinggung dengan bentakanku. Tulo pun turun
dan berdiri dihadapanku. Tingginya mungkin sekitar 190cm, cukup
tinggi bila dia menjadi seorang manusia. Dan tinggiku hanya setinggi
lehernya. Mungkin 20cm lebih tinggi daripadaku. “Rowan, kau telah
memantapkan hatimu? Kekuatan tidak ada yang sempurna. Disetiap
kekuatan pasti ada kelemahan. Apakah kau mau menerima konsekuensi
dari kekuatan ini?'' tanya Tulo lagi. Sepertinya dia ingin memastikan
untuk terakhir kalinya. “ya Tulo. Aku terima konsekuensinya. Demi
meraih ambisi dan harapanku”. Jawabku singkat untuk menyudahi
pertanyaannya yang berulang-ulang. Tulo terdiam, kedua tangannya
mengepal membentuk seperti orang yang akan berdoa dihadapanku.
Tiba-tiba kedua sayap besarnya terbuka lebar dan menutupi pundakku.
Sayapnya memelukku. Rasa hangat sayap putih itu memberikan kenyamanan
dan seketika aku tertidur,tertidur pulas. Ketika ku bangun, aku
berada ruangan putih, sama seperti kita ku terbangun dari tidur
setelah menggengam tangan gadis itu. Saat ku beranjak dari kasur itu,
kulihat Tulo sedang berdiri dengan tersenyum diwajahnya. “Rowan,
sekarang kau telah dianugerahi kekuatan dari suku Nirvith atas
keteguhan hatimu.Selamat, kau memiliki kekuatan yang belum saatnya
kau miliki. Sebuah fenomena yang jarang terjadi.” kata Tulo dengan
ekspresi sedikit bangga dengan keberhasilan ini. “jadi aku sudah
memiliki kekuatan itu? Kekuatan break?” tanyaku. “Ya.. namun
jangan senang dulu. Kekuatan itu hanya baru 30% dari kekuatan
sesungguhnya. Tapi aku yakin kekuatan itu bisa menolongmu saat ini”
jawab Tulo dengan penuh keyakinan. “tak apa Tulo. Yang penting aku
memiliki kekuatan ini. Tapi, kekuatan apakah yang kumiliki?
Menyemburkan api? Membaca pikiran? Apa kekuatan sihir petir?”
tanyaku kebingungan. “kau terlalu banyak main game,Rowan.
Kekuatanmu adalah mengendalikan waktu. Breaking Time, Si penguasa
waktu” jawab Tulo.
Tiba-Tiba-tiba mata kananku terasa panas seperti
terbakar, dan aku sedikit menjerit. Aku merasakan sesuatu yang
berbeda. Akhirnya kumiliki kekuatan break. Kekuatan yang
mengendalikan waktu. Si penguasa dimensi waktu, Breaking Time.
CHAPTER TWO : The Other's in My Soul -END-
To be Continued to Chapter Three-
Gan, mana nih lanjutannya?
Plotnya udah enak gan, tapi coba belajar lagi deh buat nyusun paragraf biar rapi. Chapter 1 dan dua rapat banget =__=v
Ane pengen tau apa kelemahan sih Rowan setelah punya kekuatan break. Juga 30% kekuatannya itu gimana, nyang 100%nya itu juga gimana.
Sedikit kritik aja gan, menurut ane dr sudut pandang pembaca, ambisi Rowan masih kurang kuat. Kurang greget sampe Tulo mau ngasih dia kekuatan.
Dan kalau sekarang belum saatnya, jadi sebenarnya, kapan seharusnya Rowab dapat kekuatan itu?
Agan udah bermain dengan baik sampe chapter 2 ini, karena ninggalin pembaca bertanya2 dgn hal2 di atas. Pengen baca kelanjutannya :)
Semangat, gan!