Beberapa kali panggilanku tak kunjung diangkat
oleh ayahku.
Mungkin beliau sedang sibuk dengan
pekerjaannya.
Akhirnya jemariku mengetik sebuah pesan singkat
untuk ayahku.
“kapan
kau pulang,dad? Aku merindukanmu.Rowan”
CHAPTER EIGHT : Participant
Aku
bergegas membereskan bawaan yang harus kubawa, saat ku sedang melipatkan
sweaterku, bel apartemenku berbunyi. Suara nyaring yang berasal dari arah pintu
masuk cukup memekakkan telingaku. Kuintip dari dalam lubang pintu apartemenku
untuk melihat keluar. Ternyata Ren sudah datang menjemputku sore ini.
Sepertinya ia selalu tepat waktu bila mengadakan perjanjian dengan orang lain.
Dari lubang sempit itu, kulihat Ren
menggunakan jaket hitam tebal yang dibaluti dengan syal kuning
dilehernya. Rok merah marun juga menghiasi tampilannya sehingga tampak terlihat
elegan. ditambah sepasang sepatu boots hitam yang menutupi kedua kakinya yang
indah. Kubukakan pintuku untuk mempersilahkannya masuk.
“Hai
Ren. Sepertinya kau mudah menemukan apartemenku. Ayo masuklah. maaf jika
berantakan.”
“tak
apa Rowan. Tanpa membaca pikiranmu pun aku tahu kau orang yang jorok.”
sindirnya. Sepertinya ia senang sekali menyindirku. “apakah kau sudah siap?”